Lantai empat Gedung Fakultas Seni Rupa Universitas Jayabadran
Ruang Pengajar.
20:15
Bu Livy
Skripsimu terhenti selama dua tahun karena kau fokus mengikuti kelas bela diri?
Ian
Aku juga mengikuti kelas menembak.
Bu Livy
Apa kau ingin mendaftar untuk menjadi anggota militer?
Bu Livy
Lalu, untuk apa semua itu?
Ian
Aku tak bisa menjelaskannya.
Bu Livy, penasihat akademik dari Ian menggelengkan kepalanya.
Bu Livy
Aku tak pernah melarang mahasiswaku untuk mengikuti hobinya.
Bu Livy
Tapi, apakah kau sadar?
Bu Livy
Kau hanya tinggal selangkah lagi untuk menyelesaikan kuliahmu!
Bu Livy
Jadi, kau tak ingin menyelesaikannya?
Bu Livy
Apa maksudmu dengan tidak bisa?
Ian
Aku tak memiliki banyak waktu.
Bu Livy menatap iba ke arah Ian.
Ian
Aku tidak sedang sakit atau semacamnya.
Bu Livy
Apa kau akan terus bertele-tele seperti ini?
Bu Livy
Kau menganggapku sedang bergurau?
Ian
Aku tak bermaksud seperti itu.
Ian
Hanya saja, tak ada gunanya menceritakan hal ini.
Bu Livy menjeda perkataannya.
Bu Livy
Selama ini aku selalu bersabar menghadapimu.
Bu Livy
Jangan buat aku marah untuk pertama kalinya.
Keadaan menjadi hening.
Keduanya tak mengatakan apapun selama beberapa saat.
Bu Livy
Kau tak memberikanku pilihan lain.
Bu Livy mengerutkan dahinya.
Ian
Aku bermimpi bahwa dunia ini akan kiamat.
Bu Livy
Bukannya hal itu adalah sebuah pengetahuan umum?
Bu Livy
Dunia memang akan kiamat.
Ian
Bahwa dunia akan kiamat karena zombi.
Bu Livy hampir tak bisa menahan tawanya yang spontan.
Bu Livy
Kh- ... zombi, katamu?
Ian
Sejak dua tahun lalu.
Ian
Awalnya, mimpi itu begitu buram.
Ian
Namun akhir-akhir ini, mimpiku itu menjadi terasa sangat jelas.
Bu Livy
Apa kau masih menganggap bahwa aku sedang bercanda?
Melihat betapa seriusnya raut wajah Ian membuat Bu Livy merasa heran.
Bu Livy
Kau tak sedang mengonsumsi obat-obatan terlarang, kan?
Ian
Sia-sia saja menceritakannya.
Ian berdiri dan meninggalkan ruangan.
Bu Livy
Dari semua alasan mahasiswa yang kudengar,
Bu Livy
Kiamat zombi adalah yang paling jauh.
Bu Livy
Bahkan BMKG sekalipun tak akan bisa memprediksi alasan ini.
Ruang Pameran Karya Seni.
Lantai 2 Gedung Fakultas.
Ian
Seharusnya berada di sekitar sini.
Ian
Karyaku di smester enam.
Ian mengedarkan pandangannya.
Ruangan itu penuh dengan karya seni seluruh mahasiswa.
Ian mengambil sebuah pedang bermodel Katana.
Sebuah Katana tajam berwarna hitam dengan ukiran emas bermotif burung garuda.
Ian
Hanya ini yang bisa kuandalkan untuk sekarang.
Ian
Pesananku baru akan datang beberapa hari lagi.
Ian mengarahkan pandangan ke luar jendela.
Tepatnya ke arah lapangan tengah kampus.
Mahasiswa Senior
Semuanya ambil posisi tiarap!
Ian
Orientasi mahasiswa baru?
Ian
Sepertinya aku memang sudah terlalu lama tak datang ke kampus.
Mahasiswa Senior
Hey, kau!
Mahasiswa Senior
Apa yang kau lihat?
Sherryl
Ma-maaf, Senior. Aku-
Mahasiswa Senior
Tiarap sekarang!
Sherryl dengan cepat mengambil posisi tiarap.
Tubuhnya sampai terasa sakit karena menghantam tanah cukup keras.
Geby
Kenapa kau malah melamun tadi?
Geby
Apa kau ingin membuat kita semua dihukum?
Geby
Apa kau bisa mengatakan hal lain selain kata maaf?
Sherryl
Ada hal keren di langit.
Geby
Kau mencoba membuatku dihukum karena tak tiarap dengan benar?
Sherryl
Aku baru pertama kali melihatnya!
Geby
Bangunkan aku kalau senior galak itu sudah membiarkan kita berdiri.
Sherryl
Apa kau benar-benar akan tidur di sini?
Geby
Kita telah disiksa seharian.
Sherryl
Tak ada yang bisa membangunkanmu selain gunung meletus jika kau sudah tidur.
Mahasiswa Senior menatap ke arah langit malam.
Mahasiswa Senior
Memangnya apa yang kau lamunkan tadi?
Ian juga ikut menatap ke langit melalui jendela ruangan.
Sontak kedua mata Ian terbelalak.
Keringat dingin mengalir dari keningnya.
Ian
Seharusnya masih ada waktu beberapa minggu lagi!
Sesosok lelaki berjalan agak sempoyongan keluar dari dalam bayang-bayang.
Mahasiswa Senior
Hey, kau yang di sana!
Lelaki itu tak menjawab.
Terus berjalan dengan tatapan kosong
Mahasiswa Senior
Apa kau tak menghormatiku?
Mahasiswa Senior
Kau tuli?
Mahasiswa Senior
Akan kuhitung sampai tiga!
Mahasiswa Senior
Jika kau masih belum ke sini, semua temanmu akan mulai berlari sepuluh putaran!
Sherryl
Terlalu gelap untuk melihat wajahnya.
Sherryl
Kalaupun bisa, kita juga baru satu hari masuk kampus ini.
Sherryl
Tak mungkin aku bisa mengenalnya.
Geby
Kalau sampai kita harus berlari sepuluh putaran,
Geby
Aku akan memelintir ususnya nanti.
Lelaki misterius itu semakin dekat.
Sherryl memicingkan matanya.
Sherryl
Apa aku tak salah lihat?
Sherryl
Lelaki itu sangat pucat.
Geby
Terus, apa pedulimu?
Geby
Bukan hanya dia yang disiksa seharian.
Sherryl
Bukan seperti itu.
Geby
Sebenarnya, apa sih yang mau kau katakan?
Sherryl
Aku belum pernah melihat wajah orang sampai sepucat itu.
Sherryl
Di sekitar mulut dan bajunya,
Sherryl
Bukankah itu bercak darah?
Geby ikut melihat ke arah lelaki misterius itu.
Geby
Apa dia dihajar oleh para senior?
Sherryl
Kemungkinan begitu.
Sherryl
Haruskah aku melaporkannya ke pihak kampus?
Geby
Lebih baik kita pura-pura tidak tahu.
Geby
Apa kau mau wajah kita ditandai oleh para senior karena mengadu?
Geby
Jika kau punya impian untuk dirundung sejak awal berkuliah, jangan ajak aku.
Sherryl menatap malas ke arah Geby.
Sherryl
Kau memang makhluk egois yang hanya mementingkan diri sendiri.
Geby
Dari dulu kau terlalu suka ikut campur urusan orang lain.
Sherryl menjulurkan lidahnya ke arah Geby.
Geby membalasnya dengan juluran lidah juga ... ditambah acungan jari tengah.
Sherryl mengerutkan dahinya karena mencium sesuatu.
Sherryl
Apa kau harus kentut di saat seperti ini?
Sherryl
Kau kira kau pantas disebut seorang manusia?
Sherryl
Setidaknya, tahu tempat jika ingin membuang gas beracun.
Geby
Shey, diamlah sebelum kau yang kupukul.
Sherryl
Kau yakin bukan dirimu?
Geby
Mau kupukul sungguhan?
Sherryl
Terus, kenapa bisa ada bau busuk?
Lelaki misterius itu semakin mendekat.
Mahasiswa Senior menatap kesal ke arahnya.
Ian berlari keluar ruangan.
Dengan cepat, ia melesat menyusuri koridor.
Lelaki misterius itu tiba-tiba menggigit leher Mahasiswa Senior.
Suasana menjadi sangat canggung.
Sherryl
Apa dia sudah gila?
Sherryl
Aku tak ingin melihatnya.
Geby
Setidaknya lakukan hal seperti itu di tempat sepi.
Geby
Tapi aku salut dengan kegigihannya.
Sherryl
Kau benar-benar yang terburuk.
Tiba-tiba darah berceceran di mana-mana.
Terdengar teriakan yang sangat keras.
Kepanikan pun terjadi.
...
21:25
Bu Livy
Sepertinya aku butuh kopi.
Bu Livy
Berkas-berkas sialan ini hanya terus bertambah setiap harinya.
Bu Livy melangkah ke luar dari ruangannya.
Ia menatap ke arah lapangan.
Bu Livy
Sudah jam segini mereka masih melakukan Ospek?
Bu Livy
Para senior sepertinya terlalu berlebihan.
Bu Livy
Aku akan menyuruh mereka untuk berhenti.
Bu Livy
Sebelum itu, aku benar-benar menginginkan secangkir espreso.
Bu Livy
Haruskah aku pergi ke tempat biasa?
Suara teriakan terdengar dari arah lapangan.
Bu Livy berbalik.
Bu Livy
Apakah mereka harus seberisik itu?
Bu Livy
Benar-benar tak tahu tata krama.
Bu Livy
Aku akan memarahi mereka sampai puas.
Bu Livy kembali meneruskan langkahnya yang sempat terhenti.
Sesosok lelaki misterius mengikutinya beberapa langkah dari belakang.
Bu Livy
Aku tak mengerti kenapa di kampus seperti ini masih saja ada perpeloncoan.
Bu Livy
Budaya bar-bar itu seharusnya sudah tidak relevan dengan kehidupan masyarakat sekarang.
Lelaki itu terus mengikutinya.
Bu Livy masih belum sadar bahwa dia sedang diikuti.
Bu Livy
Kenapa aku tiba-tiba mengingat Ian?
Bu Livi berbelok di ujung koridor lantai empat.
Bu Livy
Mengingat apa yang Ian katakan membuatku merinding.
Bu Livy
Apa Ian sengaja menakut-nakutiku?
Bu Livy
Sejauh yang kuketahiui darinya,
Bu Livy
Ian bukanlah orang yang seperti itu.
Bu Livy masuk ke toilet.
Bu Livy
Meskipun dia memang mau menakut-nakutiku, harus kuakui kalau dia lumayan berhasil.
Bu Livy
Entah mengapa aku terus merasa merinding dari tadi.
Setelah selesai dengan urusannya, Bu Livy mencuci tangan di westafel.
Bu Livy
Ian masih muda dan sangat tampan.
Bu Livy
Tubuhnya juga bagus.
Bu Livy
Aku bisa melihatnya benar-benar menekuni kelas bela diri yang ia katakan.
Bu Livy mematikan keran air.
Bu Livy
Entah sejak kapan khayalannya menjadi seperti seorang anak kecil.
Bu Livy
Apa dia benar-benar menganggap bahwa zombi itu nyata?
Siluet bayangan hitam muncul di lantai pintu toilet.
Jelas bahwa ada seseorang yang berdiri di balik pintu.
Bu Livy
Sekarang aku benar-benar membutuhkan kopi.
Bu Livy membuka pintu toilet.
Ia mendongak dan terdiam.
Sesosok makhluk berdiri tepat di hadapannya.
Makhluk berkulit pucat yang telah kehilangan sebagian wajahnya.
Darah kental berewarna kehitaman menetes tepat di dahi Bu Livy.
Bu Livy kembali menutup pintu toilet.
Dia berlari ke dalam salah satu bilik kamar mandi dan menguncinya dari dalam.
Bu Livy
I-ini bohong, kan?
Terdengar suara gebrakan yang sangat keras.
Bu Livy sadar bahwa pintu toilet telah berhasil terdobrak.
Pintu bilik kamar mandi tempat Bu Livy berada mulai bergetar hebat.
Bu Livy
Ti-tidak mungkin!
Bu Livy
I-ini ... ini pasti mi-mimpi buruk!
Daun pintu di hadapan Bu Livy terlihat bisa roboh kapan saja.
Bu Livy
Aku tak ingin mati!
Pintu di hadapannya pun roboh.
Zombi itu berdiri tepat di depannya.
Tetes demi tetes darah kental kehitaman terus berjatuhan ke lantai.
Seluruh tubuh Bu Livy bergetar hebat karena rasa takut.
Zombi itu seakan tersenyum dengan wajah hancurnya.